Dalam sambutannya, Mahdiar menegaskan bahwa pembentukan FPRB Kota Tangerang merupakan langkah strategis untuk memperkuat sinergi lintas sektor dalam upaya pengurangan risiko bencana. Menurutnya, tantangan kebencanaan di wilayah perkotaan tidak bisa ditangani hanya oleh pemerintah semata.
“FPRB ini kami bentuk sebagai wadah komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi seluruh elemen masyarakat. Penanggulangan bencana tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan bersama melalui kolaborasi pentahelix,” ujar Mahdiar.
Ia menjelaskan, konsep pentahelix melibatkan lima unsur utama, yakni pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media. Kelima unsur tersebut diharapkan mampu bersinergi untuk menghadirkan solusi kebencanaan yang lebih efektif, adaptif, dan berkelanjutan di Kota Tangerang.
Ketua Pelaksana kegiatan, Agus GP, menyampaikan bahwa kongres dan deklarasi ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan. Panitia secara khusus mengundang perwakilan Pemerintah Kota Tangerang, tokoh masyarakat, akademisi, pelaku usaha, serta insan media.
“Alhamdulillah, kegiatan malam ini mendapat respons yang sangat baik. Hadir perwakilan DPRD Kota Tangerang, tokoh kemanusiaan, akademisi, hingga relawan-relawan kebencanaan yang selama ini aktif di lapangan,” kata Agus saat ditemui awak media.
Agus menambahkan, kehadiran para pemangku kepentingan tersebut menjadi bukti bahwa semangat kolaborasi dalam pengurangan risiko bencana di Kota Tangerang semakin menguat. Ia berharap, FPRB dapat menjadi ruang bersama untuk menyatukan gagasan, pengalaman, dan sumber daya.
Kongres tersebut juga menetapkan H Supiani sebagai Ketua FPRB Kota Tangerang periode 2025–2028. Struktur kepengurusan FPRB selanjutnya akan segera disusun dan direncanakan akan dilantik secara resmi oleh Wali Kota Tangerang.
Usai terpilih, Supiani menyatakan kesiapannya untuk mengabdikan diri dalam kegiatan kemanusiaan dan pengurangan risiko bencana di Kota Tangerang. Ia menegaskan bahwa FPRB harus hadir tidak hanya saat bencana terjadi, tetapi juga aktif dalam upaya mitigasi dan edukasi masyarakat.
“Ini adalah amanah yang besar. Saya siap mengabdikan diri dan bekerja bersama seluruh elemen untuk memperkuat kesiapsiagaan serta kepedulian kemanusiaan di Kota Tangerang,” ujar Supiani.
Supiani juga mengungkapkan pengalamannya dalam kegiatan kemanusiaan sebelumnya, termasuk saat membantu penyaluran logistik ke wilayah terdampak bencana di Sumatera dan Aceh.
“Kami pernah terlibat langsung membantu saudara-saudara kita di Sumatera dan Aceh. Bahkan, saya pribadi meminjamkan satu unit mobil untuk mengangkut logistik kemanusiaan. Ke depan, semangat seperti ini harus terus kita hidupkan melalui FPRB,” tambahnya.
Sementara itu, kegiatan tersebut turut dihadiri Ketua PMI Kota Tangerang, Oman Jumansyah, perwakilan DPRD Kota Tangerang, akademisi, serta berbagai organisasi relawan kebencanaan yang selama ini aktif di wilayah Kota Tangerang.
Dengan terbentuknya FPRB Kota Tangerang, BPBD berharap upaya pengurangan risiko bencana dapat dilakukan secara lebih terencana, partisipatif, dan berkelanjutan, sehingga ketangguhan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana semakin meningkat.
Red /Kojak/Jfr

