Notification

×

Iklan

Iklan

Pasien Bocah Terluka di Kepala Diduga Ditolak IGD karena Penuh, RSIA Assyifa Disorot

Minggu, 07 Desember 2025 | 16.56.00 WIB Last Updated 2025-12-07T11:17:07Z

Pasien Bocah Terluka di Kepala Diduga Ditolak IGD karena Penuh, RSIA Assyifa Disorot

TANGERANG, BERITATANGERANG.CO.ID
— Seorang ibu mengaku kecewa setelah anaknya yang berusia sekitar tiga tahun tidak mendapat tindakan medis memadai saat datang ke IGD RSIA Assyifa di Jalan Paus Raya, Karawaci baru Kota Tangerang. Anak tersebut mengalami luka pada bagian kepala dan membutuhkan penanganan cepat, namun pihak rumah sakit disebut hanya memberikan plester sebelum meminta pasien mencari rumah sakit lain.


“Anak saya berdarah. Saya langsung ke IGD, tapi katanya penuh semua. Dokternya cuma tempel plester lalu suruh cari rumah sakit lain,” ungkap sang ibu yang masih terlihat shock saat menceritakan ulang kejadian itu Minggu(7/12/25).


Peristiwa tersebut memicu perhatian warga setempat, terlebih karena pasien adalah anak kecil yang mengalami cedera kepala kondisi yang umumnya membutuhkan observasi dan tindakan medis segera


Menanggapi kejadian tersebut, tokoh masyarakat sekaligus Wakil Ketua LAN BPAN Banten, Muhammad Zainuddin atau Zenal, mengecam keras dugaan kelalaian pelayanan darurat tersebut.


“IGD tidak boleh menolak pasien gawat darurat dalam kondisi apa pun. Luka di kepala pada anak kecil bukan kasus sepele. Kalau benar hanya ditempel plester lalu disuruh pergi, ini jelas bentuk kelalaian,” tegas Zenal.


Ia menegaskan bahwa aturan rumah sakit dan Undang-Undang Kesehatan mewajibkan fasilitas kesehatan tetap memberikan tindakan stabilisasi awal, meski ruangan IGD penuh.


“Kapasitas boleh terbatas, tapi standar keselamatan pasien tidak boleh ikut-ikutan terbatas. Rumah sakit wajib memberi tindakan awal yang layak dan rujukan resmi, bukan melepas pasien begitu saja,” ujarnya.



Dikonfirmasi mengenai kejadian ini seorang dokter jaga bernama dr. Kantata dari RSIA Assyifa membantah bahwa pihaknya menolak pasien. Ia menjelaskan, IGD di rumah sakit tersebut memang memiliki kapasitas sangat terbatas.


“Bukan menolak ya, hanya kondisi ruang IGD sedang penuh. Di sini hanya ada tiga tempat tidur, dua di luar dan satu di dalam. Saat itu semuanya terisi,” jelas dr. Kantata.


Ia menegaskan bahwa dokter tetap memberikan tindakan awal, meskipun terbatas.


“Kami sudah lakukan tindakan dasar dengan memasang plester untuk menghentikan perdarahan sementara. Karena ruangan tidak memungkinkan, kami arahkan untuk mencari rumah sakit lain supaya pasien bisa segera ditangani,” ujar nya.


Mendengar klarifikasi tersebut, Zenal menilai persoalan sebenarnya justru terletak pada minimnya kapasitas IGD yang tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat.


“Kalau IGD cuma punya tiga tempat tidur sementara masyarakat yang datang banyak, artinya ada masalah serius dalam kesiapan layanan darurat. Ini harus dievaluasi total oleh Dinas Kesehatan,” tegasnya.


Ia mendesak Dinkes Kota Tangerang turun tangan memeriksa Prosedur triase dan penanganan pasien,Kelayakan kapasitas IGD,Prosedur rujukan yang seharusnya dilakukan secara resmi dan terkontrol.


“Jangan sampai masyarakat kehilangan hak atas layanan darurat hanya karena ruangan kecil atau SOP yang tidak berjalan,” tambahnya.



Jfr