![]() |
Poto Tangkapan Video YouTube Sahabat Kehidupan.Aipda Gusti saat memberikan bantuan kepada warga / |
TANGERANG.BERITATANGERANG.CO.ID – Di balik tugasnya sebagai anggota Bagian Operasi (Bag. Ops) Polres Metro Tangerang Kota, Aipda Gusti menunjukkan bahwa pengabdian seorang polisi tak berhenti di kantor. Lewat komunitas sosial Sahabat Kehidupan, ia membuktikan bahwa rasa peduli bisa menjadi cahaya di tengah kehidupan masyarakat yang penuh tantangan.
Komunitas Sahabat Kehidupan bukan sekadar gerakan berbagi. Ia lahir dari keprihatinan yang tumbuh sejak 2007 dan resmi berdiri pada 23 Juni 2021. Di sana, Aipda Gusti bersama para relawan aktif membantu mereka yang nyaris tak tersentuh bantuan,warga miskin, anak yatim piatu, keluarga prasejahtera, hingga orang miskin yang tengah sakit.
Bagi Gusti, memberi bukan hanya soal materi, tapi tentang kehadiran dan empati. Mereka yang terbaring sakit di rumah-rumah sempit dan tak sanggup berobat, menjadi perhatian utama komunitas ini.
“Kadang mereka tak tahu harus mengadu ke mana. Di situlah kami berusaha hadir,” ujar Pria berdarah Bali ini .
![]() |
Aipda Gusti Bag Ops Polres Metro Tangerang Kota |
Selain menyantuni enam anak yatim secara rutin, komunitas ini juga kerap memberikan bantuan pengobatan dan kebutuhan harian bagi keluarga sakit yang tak mampu. Prinsip kerja mereka pun ketat dan transparan: tidak ada sepeser pun donasi yang digunakan untuk operasional. Seluruh kebutuhan lapangan ditanggung pribadi oleh Gusti dan dibantu para relawan.
Sebenarnya Gusti pun sempat terpikir untuk membentuk sebuah yayasan agar gerakan ini memiliki badan hukum yang sah. Namun keterbatasan ekonomi menjadi kendala utama. “Niat itu ada, tapi memang belum sampai ke tahap realisasi. Biayanya belum kami sanggupi,” ujarnya saat dihubungi beritatangerang.co.id. Untuk saat ini, kegiatan mereka tetap berjalan secara swadaya dan kolektif bersama para relawan.
Meski seluruh kegiatan didokumentasikan dan dibagikan di media sosial seperti Instagram dan YouTube, Gusti menegaskan itu bukan untuk mencari popularitas. “Bukan pamer, tapi bentuk ajakan dan transparansi. Supaya orang tahu, bantuan benar-benar sampai dan tepat sasaran,” katanya.
Kini, komunitas ini tengah membangun ulang kanal YouTube mereka yang sempat terkendala teknis. Dengan monetisasi kanal tersebut, diharapkan muncul sumber dana baru yang dapat memperluas jangkauan bantuan.
Yang menarik, Gusti dan tim sebenarnya enggan kegiatan mereka dipublikasikan. “Kami hanya ingin memberi, bukan mencari sorotan,” ucapnya. Namun masyarakat yang terbantu menyebut kehadiran mereka adalah harapan yang datang tanpa diminta.
Aipda Gusti menunjukkan bahwa menjadi polisi sejati berarti hadir bukan hanya saat ada pelanggaran, tetapi juga saat ada kesedihan dan kesulitan. Ia menjaga kota, dan sekaligus menjaga kemanusiaan.
“Bagi kami, satu tangan yang memberi bisa menguatkan tangan-tangan lain. Kebaikan kecil bisa jadi harapan besar bagi mereka yang menerimanya,” tutup Gusti.
Jfr