
Gambar Ilustrasi/Sumber Google
TANGERANG,BERITATANGERANG.CO.ID Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) kerap dianggap sebagai teknologi masa kini canggih, futuristik, dan baru berkembang beberapa tahun terakhir. Namun siapa sangka, akar dari teknologi yang kini dipakai di ponsel, kamera CCTV, hingga mobil otonom itu ternyata sudah dirintis sejak hampir satu abad lalu. Ya, fondasi AI sudah mulai terbentuk sejak tahun 1930-an.
Pada masa itu, komputer modern bahkan belum lahir. Namun sejumlah ilmuwan visioner sudah memikirkan pertanyaan yang jauh melampaui zamannya: bisakah mesin berpikir seperti manusia? Pertanyaan itulah yang kemudian memicu lahirnya teori-teori fundamental yang menjadi dasar teknologi AI saat ini.
Salah satu tokoh kunci pada era itu adalah Alan Turing, matematikawan jenius asal Inggris. Pada akhir 1930-an, Turing memperkenalkan konsep Mesin Turing, sebuah model komputasi yang menunjukkan bahwa proses berpikir dapat diterjemahkan menjadi rangkaian langkah logis. Meski bentuknya bukan mesin fisik, konsep Turing inilah yang menjadi blueprint komputer digital moder dan secara tidak langsung menjadi fondasi AI.
Tak kalah penting adalah gagasan dari Alonzo Church, yang di periode 1930-an mengembangkan lambda calculus, sebuah sistem logika yang kini menjadi dasar cara kerja berbagai bahasa pemrograman modern. Di lain sisi, perkembangan logika Boolean, yang banyak diaplikasikan pada rangkaian elektronik, membuka pintu bagi lahirnya sirkuit digital yang di kemudian hari melahirkan komputer.
Memasuki 1940-an, pemikiran soal otak manusia mulai dianalogikan dalam bentuk mesin. Pada 1943, Warren McCulloch dan Walter Pitts menerbitkan model neuron buatan, yang menjadi cikal bakal teknologi neural network yang dipakai dalam AI generatif hari ini. Saat itu belum ada komputer yang kuat seperti sekarang, tapi fondasinya sudah ditanam.
Baru pada 1956, istilah Artificial Intelligence resmi diperkenalkan dalam Konferensi Dartmouth oleh John McCarthy. Namun para ilmuwan yang hadir saat itu sesungguhnya hanya menyempurnakan fondasi dari para perintis sebelumnya. Dengan kata lain, AI bukanlah fenomena yang muncul tiba-tiba, ia adalah buah dari perjalanan panjang yang dimulai hampir satu abad lalu.
Kini, AI berkembang pesat hingga mampu membuat gambar, menulis dokumen, menganalisis data, bahkan merespons secara real-time layaknya manusia. Namun sejarah menunjukkan bahwa kecanggihan hari ini tidak muncul dalam semalam. Ia lahir dari imajinasi berani para pemikir 1930-an yang nekat bertanya: “Bisakah mesin suatu hari nanti berpikir?”
Dan jawaban mereka kini tertulis jelas dalam kehidupan kita sehari-hari.
Jfr
(Dari berbagai sumber)
