Notification

×

Iklan

Iklan

Mahasiswa KKN UB Kediri Kenalkan Metode SENTANA: Semai Padi Praktis, Cepat, dan Ramah Lingkungan

Kamis, 24 Juli 2025 | 23.18.00 WIB Last Updated 2025-07-25T08:38:55Z



Mahasiswa KKN UB Kediri Kenalkan Metode SENTANA: Semai Padi Praktis, Cepat, dan Ramah Lingkungan
KKN Universitas Brawijaya 

KEDIRI.BERITATANGERANG.CO.ID
  — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 13 PSDKU Universitas Brawijaya (UB) Kediri menggagas inovasi pertanian dengan mengenalkan metode semai padi modern bernama SENTANA (Semai Padi Nampan dengan Media Tanah dan Arang Sekam) kepada para petani Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri.


Program penerapan metode Santana ini dilakukan dalam dua sesi, yakni pada 8 dan 22 Juli 2025, dan akan berlanjut selama 40 hari hingga 10 Agustus mendatang. Metode ini diharapkan menjadi solusi semai padi yang lebih efisien, praktis, dan ramah lingkungan bagi para petani lokal.


Aulia, salah satu mahasiswi semester 4 dari Kelompok 13 UB Kediri, menjelaskan bahwa metode SENTANA memiliki banyak keunggulan. Selain lebih cepat dari metode konvensional—di mana bibit padi sudah bisa ditanam dalam waktu dua minggu dibanding satu bulan—SENTANA juga memanfaatkan media tanam arang sekam yang kaya nutrisi sehingga tidak memerlukan tambahan pupuk.


"Kami ingin mengenalkan cara baru yang lebih praktis dan efisien, sekaligus mengurangi penggunaan bahan kimia dalam pertanian," kata Aulia melalui pesan WhatsApp kepada awak media.



Pada sesi pertama, mahasiswa memberikan penyuluhan mengenai teori dan praktik semai padi menggunakan nampan berisi tanah dan arang sekam. Para petani diajak langsung mencoba menanam dan merawat benih padi yang bisa dilakukan di pekarangan rumah. Praktik ini membantu petani menghindari kerja berat ke sawah, serta melindungi benih dari hama.


Sesi kedua difokuskan pada evaluasi hasil semai. Hasilnya, bibit padi yang disemai dengan metode SENTANA menunjukkan pertumbuhan lebih cepat, tanpa tambahan pupuk, dan dengan perawatan yang lebih mudah. Tak hanya itu, para mahasiswa juga melakukan perbandingan dengan bibit milik Ketua Gapoktan Desa Krecek, Bapak Eko Susilo, yang menggunakan metode semai dengan media tanah biasa.


Hasilnya menarik—bibit metode SENTANA tumbuh lebih tinggi, meski batangnya lebih kecil, sementara bibit Pak Eko tampak lebih kokoh namun lebih pendek. Ini membuktikan bahwa media tanam dan teknik perawatan memiliki pengaruh besar terhadap kualitas semai.


Kegiatan ini turut dihadiri oleh perangkat desa, tokoh masyarakat, dan para petani dari wilayah Desa Krecek. Respon yang diberikan pun sangat positif. Banyak petani yang menyatakan antusias mencoba metode baru ini karena dianggap lebih hemat waktu, tenaga, biaya, dan praktis diterapkan di lingkungan mereka.


Melalui program ini, mahasiswa KKN UB Kediri berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan sektor pertanian di Desa Krecek dan menjadi bagian dari transformasi pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan.


RZl